Senin, 13 April 2009

Belajar Mencintai Orang lain

Oleh : Lukmanulhakim*


Kita sering berbicara tentang cinta, baik kepada orang tua, saudara, teman, dan individu-individu lain. Sesuai dengan fitrahnya, manusia adalah makhluk sosial yang hidup di tengah komunitas masyarakat dan harus menjalin interaksi dengan banyak individu lain. Hubungan yang terjadi meliputi perasaan, sosial-kemasyarakatan, ekonomi, dan berbagai aspek hubungan yang lain. Seorang anak kecil sejak lahir sudah hidup ditengah-tengah keluarganya. Ia memiliki ikatan rasa cinta, kasih sayang, tolong-menolong, kesetiaan dan keikhlasan dengan anggota keluarganya. Ia juga merasa aman, tenteram, dan bahagia berada di tengah-tengah keluarganya.

Kecintaan pertama kali dari seorang anak adalah ketika dalam buaian ibunya. Hal ini disebabkan seorang ibu memenuhi semua kebutuhan primernya dan sang anak juga merasa puas jika kebutuhannya terpenuhi. Baru secara bertahap, anak itu akan mencintai individu lain yang ada disekitarnya, seperti ayah, saudara, teman, tetangga dan orang lain.

Sebagai seorang anak mencintai kedua orang tua dan saudaranya adalah hal yang berarti, dia juga merasa orang-orang itu mencintai, mengasihi, memperhatikan, dan melindunginya. Kondisi seperti inilah yang mendukung timbulnya timbal balik rasa kasih sayang dan cinta. Dengan demikian sang anak akan tumbuh dengan kepribadiannya sendiri sesuai dengan apa yang diterimanya.

Seorang anak yang tumbuh dan berkembang dalam kondisi seperti ini biasanya mencintai semua orang. Rasa cinta kepada orang lain dan keinginan mengaktualisasikan kemanpuannya merupakan salah satu faktor yang membuat seseorang merasa kalau di benar-benar berkembang di tengah masyarakat. Perkembangan yang dialaminya juga dipengaruhi oleh kondisi masyarakat tersebut.

Dari sini tampak jelas bahwa kehadiran cinta yang dimiliki seseorang berawal dari bagaimana cinta yang dialaminya ketika masih kecil. Cinta yang diterimanya waktu kecil akan dikembalikannya kepada orang lain ketika ia mulai tumbuh dan berkembang. Keterkaitan cinta dan kasih sayang seorang dengan individu lain akan memperkokoh perkembangannya sehingga dapat bergaul dalam komunitasnya.

Berbeda yang terjadi dimasyarakat kita pada umumnya, mereka mendapatkan limpahan cinta dan kasih sayang sejak usia dini, namun pertumbuhan dan perkembangan yang membawa mereka berpikir berbeda. Rasa cinta terkadang di lihat hanya sebatas objek tertentu, misalnya dari fisik, status, golongan dan lainnya, tanpa didasari hasrat yang kuat untuk menghargai orang lain dari apa yang dimilikinya. Hal yang sama juga terjadi ketika dalam mengungkapkan kecintaan pada orang lain. Ungkapan cinta hanya diungkapkan dengan sebuah perkataan, bunga, kado, cincin, coklat, dan lainya. Apakah rasa cinta kepada orang lain hanya sebatas hal yang demikian, tidakkah pernah dibayangkan jika apa yang diberikan dapat hilang, berubah dari kondisi semula, atau bahkan akan berlalu. Kahlil Gibran dalam puisi cintanya menyatakan bahwa, ”Cinta sejati adalah cinta yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata”. Furben Arogzu juga mengemukanan bahwa, “Hakikat cinta adalah ketika kita berani menghilangkan naluri kemanusiaan kita yang hewani. Untuk kemudian merengkuh sebuah hakikat di luar diri dibatas keagungan-Nya. Sungguh bahwa cinta itu teramat agung untuk disandarkan kepada sesuatu bersumber dari pada apa yang disebut “manusia” karena cinta adalah “hakikat”.

Mencintai orang lain adalah unsur penting yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Cinta akan menimbulkan rasa simpatik seseorang kepada orang lain. Cinta juga menguatkan rasa keterikatan dan persaudaraan yang mendalam. “Demi Zat Yang Menguasai jiwaku, kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Dan kalian tidak beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku beri tahu tentang sesuatu yang harus bisa membuat kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian!”(HR At-Tarmudzi), demikianlah sabda Rasulullah kepada umatnya agar mencintai satu sama lain.

Mencintai berarti menghargai sepenuh hati apa yang dimiliki orang lain karena cinta adalah kemulian yang memancar dari diri seseorang yang membangkitkan semangat persaudaraan, dan dengan keindahannya mendorong kepada kesucian (Al-Mawardi, 2001). Setiap orang yang mencintai orang lain menemukan rasa bagus dan indah bagi dirinya. Hal ini merupakan jenis kecintaan yang paling utama yang tidak dicampuri tujuan, karena setiap yang indah itu dicintai. Tinggallah, orang yang diliputi khayalan-khayalan sempit mengira bahwa tidak ada keindahan selain yang dapat dirasakan atau dikhayalkan. “Ketahuilah, kebagusan dan keindahan merupakan ungkapan segala yang hadir kesempurnaannya yang memungkinkan baginya. Bahkan kita ketahui bahwa kuda menganggap bagus apa yang tidak dianggap bagus oleh manusia. Garis itu menganggap bagus apa yang tidak dianggap bagus oleh suara dan gambar. Semua itu disukai. Jika seorang penghayal menghayalkan bahwa hal itu kembali pada rasa, maka akhlak, yang baik, ilmu, kemampuan, dan akal, semua itu baik dan disukai. Padahal semua itu tidak dapat dirasakan dengan indra, melainkan dirasa dengan cahaya mata hati” demikian nasihat Al-Gazhali (2000) dalam “Mutiara Ihya’uhlumuddin.

Cinta adalah kekuatan terbesar dalam hidup manusia. Seperti bait lirik sebuah lagu “Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga”, ibarat “Burung yang patah sayapnya”. Cinta merupakan sentuhan hati terdalam yang dengan nalar sehat dan tak dapat dijangkau. Dengan cinta akan membuat jalan keras menjadi lembut dan membalikkan kegelapan menjadi cahaya. Tanpa cinta takkan pernah ditemukan kedamaian, persaudaraan dan saling pengertian.

Untuk mengakhiri opini ini penulis menyimpulkan bahwa urgensi cinta sangat penting untuk dipahami karena cinta tak sesempit yang kita bayangkan. Adanya kesalahan penafsiran oleh sebagian masyarakat tentang cinta. Cinta hanya dipandang pada suatu objek tertentu bukan atas dasar penghargaan dan penghormatan terhadap apa yang dimiliki orang lain. Cinta bukan sekedar untaian kata-kata indah sebagai instrumen penaklukan hati. Tapi sebagai penyemangat dalam setiap langkah kehidupan dan persaudaraan. Pribahasa Cina mengatakan “Bunga meniggalkan sebagian dari keharumannya di tangan yang memberikannya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar