Senin, 13 April 2009

Belajar Sekarang, Memimpin Esok

Oleh : Lukmanulhakim


Kepemimpinan merupakan sebuah tema yang tak pernah usai dibicarakan dalam masyarakat. Apalagi di musim pemilu legislative dan presiden serta pilkada. Perlu disadari bahwa kepemimpinana merupakan fitrah yang tak dapat dipungkiri sebagai manusia yang diutus oleh pencipta, seperti yang tertuang dalam firman Allah “Aku hendak menjadikan khalifah (pemimpin) di muka bumi” (QS. Al-Baqarah : 30).

Memang, kepemimpinan merupakan tema yang menarik untuk dibicarakan. Siapa yang tak ingin menjadi pemimpin? Setiap orang ingin menjadi pemimpin, persoalannya bagaimanakah menjadi pemeimpin yang mampu mengembah amanah dan menjadi contoh dalam masyarakat?.

Seperti yang kita lihat di pemilu legistatif kemarin begitu banyak caleg-caleg yang maju untuk menjadi pemimpin sedangkan kursi yang disediakan hanya mungkin ± 2,5% nya saja. Setelah terpenuhi, tentunya kita bertanya kembali, apakah mereka layak disebut pemimpin? Atau mungkin sebuah uforia semata dalam menyambut pesta demokrasi di negeri ini yang beruntung masuk sebagai pemenang untuk menjadi anggota legislatif.

Semasa kampanye kita melihat begitu banyak janji-janji dan biaya yang dikeluarkan. Apakah cara seperti itu yang diharapkan untuk menjadi pemimpin? Mungking kita lupa mengenai hokum-hukum kepemimpinan yang diantaranya hukum pengaruh, hukum kredibilitas, dan hukum proses (Maxwell, 2004).

Kepemimpinan adalah pengaruh, dan pengaruh selalu diawali dengan kepercayaan, dan kepercayaan itu melalui proses jangka panjang tidak instant. Kepercayaan itu muncul ketika empati pemimpin dirasakan oleh orang yang dipimpin/pengikut. Untuk memunculkan empati maka pemimpin harus menjadi pengikut yang baik juga.

Apakah setiap calon pemimpin memilki profil pemimpin yang sering dibicarakan dan diharapkan oleh pengikutnya. Tentunya masih belum, ada pemimpin yang hanya pandai bicara ketika kampanye, tapi lupa setelah terpilih. Ada juga yang menganggap kekuasaan sebagai prestise belaka untuk identitas pribadinya dan berbagai macam model lain. Di sisi lain sering kita lihat juga pemimpin yang hanya didasarkan pada status keluarga, jabatan, situasi, dan golongan tapi bukan didasarkan pada kemapuannya memimpin. Tentu pemimpin seperti itu tidak akan lama dan kokoh.

Kita sadar bahwa memimpin bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Memimpin memang sulit tapi belajar memimpin adalah segalanya. Maka dari itu berusahalah menjadi pemimpin dengan cara belajar menjadi orang yang dipimpin. Belajarlah menjadi pengikut.

Sebelum kita memimpin esok, mulailah belajar dari sekarang bagaimana menjadi pengikut yang baik. Pakar kepemimpinan dunia Warren Bennis (1998) melakukan penelitian pada 90 pemimpin top di dunia dan menemukan bahwa pemimpin yang sukses awalnya adalah terdiri dari orang-orang yang belajar menjadi pengikut.

Pernyataan tersebut dipertegas oleh John C. Maxwell (2004) dalam bukunya yang berjudul Becoming a Person if Influence menyatakan bahwa menjadi pengikut perlu sepuluh hal yang terpenti untuk orang lain, yaitu (1)Integritas kepada orang lain, artinya mempertahankan nilai-nilai moral yang diyakini kepada orang lain. Integritas memperlihatkan komitmen pada suatu hal dan bukan sebagai orang yang Tu La Lit; (2)memelihara orang lain. Jika kita memandang ke sekeliling, maka akan disaksikan bahwa ada orangdi dalam hidup kita yang ingin diberi makan, dengan dorongan, pengakuan, rasa aman, dan harapan, yang merupakan kebutuhan setiap manusia. Inti dari proses pemeliharaan adalah perhatian tulus akan orang lain; (3)percaya terhadap kemampuan orang lain. Setiap orang akan senang jika mereka merasa dipercayai dan banyak orang akan mengerjakan apa saja untuk memenuhi kepercayaan kepadanya; (4)mendengar apa yang disampaikan orang lain. Ketika hal tersebut dilakukan sesungguhnya kita membangun hubungan terhadap orang lain dan mereka merasa dihargai; (5)kemampuan memahami orang lain. Setiap orang sebenarnya ingin didengarkan, dihormati dan dipahami, ketika orang melihat bahwa mereka dipahami, mereka akan merasa termotivasi dan terpengaruh secara positif; (6)mengembangkan orang lain, artinya membantu mereka menangkap peluang untuk membantu mewujudkan potensi mereka; (7)menjadi arah (navigator), artinya mengidentifikasi tempat tujuan. Ketika seseorang memiliki potensi pribadinya maka ia memerlukan arah untuk mengembangkan potensi tersebut; (8)berhubungan dengan orang lain, dianalogikan pada rangkaian gerbong kereta api dan apa yang terjadi. Gerbong itu ada di atas rel, dimuati barang-barang, mempunyai tujuan dan rute. Tapi gerbong ini tidak memiliki arah jika tidak dihubungkan dengan lokomotif. Sama halnya ketika kita membawa orang pergi, kemana mereka harus pergi, dimana keberadaanya, ini hanya akan diketahui jika kita memiliki hubungan; (9)memperlengkapi orang lain, artinya ketika kita mempercayai orang lain dengan sebuah keputusan penting dan dengan senang mendukungnya. Ketika kita memberikan wewenang kepada orang lain maka kita telah meningkatkan kemampuan orang lain tanpa menurunkan kemampuan kita; (10)mereproduksi orang berpengaruh artinya bagaimana ketika kita telah merubah orang lain untuk menjadi pengikut seperti kita.

Kesepuluh hal tersebut penting dan harus dimiliki setiap orang yang ingin menjadi pengikut yang baik. Seorang pengikut yang baik selalu berusaha membuat pemimpinnya dan orang lain senang terhadap ap yang diberikannya. Apabila pengikut memiliki sepuluh hal tersebut maka ia layak jadi seorang pemimpin.

Kepada generasi muda penerus bangsa, marilah kita belajar menjadi pengikut yang baik sebelum kita memdapatkan kesempatan untuk menjadi pemimpin esok. Pemimpin yang muncul karena keadaan hanya dapat bertahan pada keadaan itu saja, tetapi pemimpin yang sebenarnya adalah kita yang mau belajar untuk menjadi pengikut yang baik karena ketika menjadi pengikut kita merasakan bagaimana diperitah.

Sebelum anak kecil dapat berlari maka ia harus belajar berjalan terlebih dahulu, dan sebelum seorang pandai berenang maka ia terlebih dulu harus pandai mengapung. Kepemimpinan itu memerlukan suatu proses untuk sukses menjadi pemimpin itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar