Kamis, 02 April 2009

PEMUDA DI PERSIMPANGAN JALAN

PEMUDA DI PERSIMPANGAN JALAN

Oleh : Lukmanulhakim

Pemuda merupakan aspek penting dalam perubahan sosial di samping sebagai lapisan sosial dalam masyarakat. Lebih jauh dari itu, pemuda merupakan konsep yang menerobos definisi pelapis sosial tersebut, terutama terkait dengan konsepsi nilai-nilai. Rasulullah saw. bersabda , ”Jagalah masa mudamu sebelum masa tuamu... ” (HR. Hakim), mengingatkan pemuda untuk menjaga masanya, dalam menghadapi kehidupan di masa depan.

Perlu disadari bahwa pemuda muda merupakan usia dimana seseorang manusia melalui fase peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. Erickson-tokoh teori perkembangan- menjelaskan bahawa di antara usia ini manusia-pemuda- mulai tumbuh perasaan diri bahwa dirinya memasuki peranan yang berarti dalam masayarakat apakah peranan itu bersifat menyesuaikan diri atau memperbaharui. Proses pencarian identitas inilah yang sangat perlu untuk diperhatikan.

Menyikapi fenomena dunia yang semakin maju dan krisi multidimensi yang semakin tak menentu, memberikan pemuda referensi untuk melihat dunia dengan paradigma yang global. Bebicara sosok pemuda saat ini, memang kerap identik dengan membicarakan nilai-nilai yang dilekatkan didadanya. Sosok pemuda sering dikaitkan dengan peran sosial (politik) yang dilakukannya. Hal ini dapat dipahami, mengingat sosok pemuda telah tercitra sebagai sosok yang melekat dengan objek pelaku perubahan sosial.

Realitas kepemudaan kita di dalam spektrum yang lebih luas merupakan refleksi yang muncul, tatkala memotret realitas kepemudaan kita dewasa ini. Pemuda kita dihadapkan pada persimpangan jalan terjal untuk mencari makna kehidupan yang dilaluinya. Persimpangan jalan ini sering kita sebut Idealisme dan Pragmatisme.

Idealisme dan pragmatisme merupakan paham yang sekarang sedang berkembang dalam pemikiran pemuda-pemuda kita. Keduanya seakan sulit untuk disatukan.

Secara populer Idealisme sejenis pemimpi atau seseorang yang berpegang pada prinsip-prinsip yang ideal. Kattsoff (1992) Menyatakan bahwa ”seorang yang tidak psikis karena pandangannya tertuju pada hal-hal atau keadaan-keadaan yang pada hakekatnya sempurna. Sosok pemuda yang idealis, yang mencoba merealisasikan idealismenya itu ke konteks realitas. Pemuda memainkan perannya yang nyata di tengah-tengah publik luas. Sosok-sosok pemuda seperti ini, tentu tergolong sebagai sosok-sosok yang dinanti-nantikan kehadirannya saat ini. Sedangkan Pragmatisme merupakan paham yang berpegang teguh pada praktek. Hadi (1994) Menyatakan bahwa ” kebenaran adalah apa yang membawakan hasil ”. Secara sederhana paham pragmatis juga mendasarkan pemikirannya pada azas manfaat. Sosok pemuda yang pragmatis cendrung melihat suatu masalah dan berbuat melihat apakah bermanfaat bagi dirinya atau tidak.

Kedua paham diatas didefinisikan oleh pemuda menjadi suatu pemikiran yang berkembang saat ini. Dalam tataran pelaksanaan terhadap konsep nilai-nilai dari ke dua paham di atas terjadi pertentangan yang kontradiktif. Disatu sisi secara obyektif dibalik idealisme atas sosok pemuda, terdapat banyak hal yang masih jauh dari harapan. Ada kalanya pemuda di puja-puja sebagai pahlawan, tetapi di sisi yang lain, pemuda dicela dan dinafikan. Dalam hal ini perlu dipahami, pemuda memang tidak bermakna tunggal, melainkan jamak (plural).

Masalah ini menjadi sebuah persoalan yang penting untuk dicari jawabannya. Terkadang paradigma kita yang subjektif terhadap satu diataranya menjaidkan mindset kita termarjinalkan. Namun jika kita dapat sedikit membuka celah perbedaan dengan dialog, bisa saja menjadi suatu pemahaman yang komplementer untuk menyempurnakan suatu pemikiran.

Secara sederhana kita dapat merasakan bahwa berpikir tentang suatu yang ideal itu penting, sebagai seorang pemimpi, namun akan lebih sempurna jika pemikiran yang ideal dapat menjadi landasan dalam berprilaku maupun berpikir. Misalnya, secara pragmatis seorang mahasiswa ingin mendapatkan hasil yang maksilal dalam ujian semester. Ia bisa saja menghalalkan segala cara agar tujuannya tercapai. Tapi pikiran idealis menghendakinya untuk berprilaku jujur dalam ujian tersebut.

Menutup opini ini penulis mencoba untuk mengajak semua pemuda untuk kita sama-sama mengkaji kembali pemahaman yang berkembang saat ini agar tidak terjebak di persimpangan jalan sehingga salah&stagnan karena takut dalam melangkah. Kita perlu sadar bahwa setiap individu mempunyai misi hidup yang berbeda. Karena termotifasi oleh misi itulah maka kita sering mengesampingkan nilai-nilai moral yang menjadi prinsip hidup. Namun, kita juga harus sadar bahwa nilai-nilai moral dalam kehidupan yang ideal sangat penting sebagai kontrol sosial dalam bermasyarakat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar